Setelah memperhatikan tradisi melukis masyarakat prasejarah Indonesia dan Eropa, kemudian mengikuti perkembangannya, akhirnya kita mendapat kesimpulan bahwa terdapat perbedaan titik pandang dalam proses penciptaan karya-karya seni.
Para seniman Eropa diketahui lebih mengutamakan mata dan rasionya dalam menangkap, serta mengekspresikan apa yang mereka lihat.
Sehingga sejak jaman Yunani kuno hingga Renaissance, seniman barat berusaha mempresentasikan aspek visual yang mereka tangkap. Faktor tersebutlah yang mendorong lahirnya seni klasik Eropa yang bercirikan Realis Representative (menangkap gambar objek setepat – tepatnya sesuai kenyataan), yang berpuncak pada karya-karya renaissance.
Berbeda dengan seniman-seniman Indonesia masa lalu yang terfokus pada aspek filosofis dan perlambang dari objek yang dilukisnya. Sehingga tercipta karya – karya yang tidak realis namun merepresentasikan kedalaman nilai filosofis. Sebagaimana yang dicerminkan oleh seni lukis klasik Bali, yang lebih dikenal dengan seni lukis klasik Kamasan